SAAT CINTA ITU PERGI
Bel pulang sekolah.
Tet… tet… tet… tet….
Tet… tet… tet… tet….
Semua siswa berhampuran keluar dari kelas.
Aku dan Lisa bergegas keluar kelas, menuju lapangan basket yang tepat berada di depan kelasku. Hari ini ada pertandingan Basket antara SMAku melawan SMA Kusuma. Pemainnya adalah cowok- cowok kakak kelasku. Aku harus nonton! Aku tidak boleh melewati moment terindah ini. Aku akan melihat sosok pahlawan yang gagah, cakep dan gaya permainan saat bermain basket .Ups , bikin cewek- cewek , terutama aku terpesona. Dia adalah Adi , kakak kelasku, angkatan tepat satu tahun diatasku. Bagiku Adi cowok baik, smart, tapi sayang dia pemalu. Saat berpapasan dengan cewek, Adi selalu menundukkan kepala. Dia membiarkan wajah tampannya, tidak terlihat oleh orang lain.
Kulihat keringat Adi mulai mengucur deras.
“ Ups ternyata……!” sambil kugigit jariku.
“ Adi cakep deh!” sambil aku bayangankan wajah tampannya.
“Busyet mainnya keren banget!”
“ Siapa Sya yang keren?” Lisa bertanya padaku.
“ Cowok itu…” sambil kutunjukkan kearah Adi.
“ O… Adi!”
Lisa sahabatku heran melihat tingkahku yang aneh. Dia membiarkanku seperti itu.
“ Bbuk… “ tiba-tiba bola itu mendarat di kepalaku.
Aku tidak tahu apa yang terjadi padaku kemudian. Saat aku bangun, aku sudah berada di UKS. Kulihat Lisa sahabatku mencoba meyadarkanku. Dia sangat cemas dengan keadaanku.
“ Kamu, sudah bangun Sya ?” ucap Lisa melihat aku siuman.
Aku hanya tersenyum mendengar pertanyaan Lisa tersebut.
Ternyata setelah bola itu mendarat dikepalaku, hingga membuat tubuhku terjatuh ke lantai dan aku pingsan. Saat Lisa bertanya padaku, aku tidak langsung menjawabnya. Kepalaku masih pusing, pandangan mataku menjadi kabur. Namun tiba-tiba semua itu hilang, pandanganku yang sebelumnya kabur menjadi terbelalak. Aku melihat sosok Adi ada di sampingku.
“ Tasya, kamu baik-baik saja kan? “ tutur Adi merasa cemas dengan keadaanku.
“ Aku baik-baik saja kok!” kujawab dengan suara lirih dan agak gugup.
Adi meminta maaf padaku. Dia ulurkan tangannya.
“ Maaf ya, tadi gak sengaja.”
“ Iya gak kenapa-napa kok.” sambil aku anggukkan kepalaku.
Saat itu juga aku melihat wajah Adi, wajah yang selama ini dia tutupi. Akupun memaafkannya. Walaupun balasan kata maaf itu aku sampaikan sambil kuanggukkan kepalaku. Setelah itu Adi pergi kembali ke lapangan. Mulutku yang biasanya cerewet, tiba-tiba saja terkunci rapat. Pikiranku menerawang jauh ke Angkasa.
“Adi… “ sempat aku ucapkan lirih.
“ Tasya…!” gertakan Lisa yang membuat semua bayangan di angganku menghilang. Lisa tampak marah melihat perilakuku yang semakin aneh.
“ Maaf ya,Lis. Maaf deh !” aku merengek meminta maaf.
“ Maaf, maaf…!”
“Ya karena aku best friendmu so ak maafin deh.”
“ Makasih, Lisa Baik deh!”
Kamipun tertawa dan pulang bersama.
Lisa memang sahabat baikku. Dia selalu mengerti dan memahami segala tingkah lakuku.
***
1 hari menjelang perpisahan kelas 3, atau saatnya promnite. Kegiatan yang biasa diselenggarakan oleh sekolahanku setiap perpisahan tiba. Ada pentas seni, band-band, pemilihan pasangan dimas diajeng. Kakak kelas boleh mengajak siapapun untuk menjadi pasangannya.
Aku belum juga dimintai seorang cowok untuk dijadiin pasangan pergi kesana. Apa sih yang kurang dari aku, menurut Lisa, aku cantik. Tapi tidak ada satupun cowok yang mengajakku kesana. Di Sekolahku, aku cukup terkenal, hampir semua siswa atau orang –orang seisi sekolahan tahu tentang aku. Sedangkan Lisa sahabatku, dia cewek biasa. Namun, dia mudah sekali mendapatkan cowok. Sampai hari ini sudah ada 3 cowok kakak kelasku yang mengajaknya ke promnite. Ada Tito, cowok kutu buku, yang tidak pernah lepas dari kacamatanya. Arya, cowok yang lumayan keren, tapi playboy. Dan Anto, dia itu pintar, tapi sedikit kuper. Aagh. . . kok aku jadi mikirin Lisa, jadi iri ni.
Lisa pernah bilang sama aku, sebenarnya banyak cowok yang mau denganku, namun mereka minder dengan gaya hidupku yang serba glamor. Tiba-tiba Adi mendekatiku, dengan gaya malu-malu. Ia lontarkan keinginnya untuk menjadikanku pasangannya di promnite besuk.
“Sya, temenin aku di promnite besuk yuk?”
“Ehm, gimana ya? aku lagi males ni.” ucapku dengan segala perasaan bingung.
“Ya udah kalau gitu, aku gak maksa kok.”
“ Oke. . nanti aku aja ya yang jemput kamu, gak kenapa-napa kan? “
“ Iya, deh. Besuk jam 8 aku tunggu ya.”
“Aku pulang duluan ya!” Adi melangkah pergi meninggalkanku.
Sampai saatnya dimalam promnite, tidak sepatah katapun keluar dari bibirku. Kami hanya saling memandang dari jauh. Entah apa yang ada dipikiranku saat itu. Menurut sahabatku Lisa, Adi seharusnya mengerti dan tahu diri sebelum dia berani menyatakan semua persaannya kepadaku.
Di SMAku cewek- cewek bisa dibilang hebat jika dia bisa mengait cowok-cowok kaya dan tajir. Sedangkan Adi. Dia hanya. Sudah pikirku.
Saat bertemu Lisa, aku ceritakan apa yang terjadi padaku sebelumnya. Lisa hanya tersenyum, sepertinya dia paham akan sesuatu yang ada dihatiku. Aku bingung, bagaimana aku bisa bersama dia. Dia itu cuma pakai motor Vespa warna Oren, motor kesayangannya. Nanti apa kata temen-temenku jika aku dengan dia. Aku tidak terbiasa membonceng motor, mobil Jazzku… ah bukannya aku sombong, tapi mau gimana itu sudah menjadi gaya hidupku.
Ada rasa bersalah dihatiku. Jujur aku menyukainya. Namun aku mencoba tegar dan tidak selalu memikirkannya. Dengan berakhirnya acara perpisahan itu, berakhir pula ceritaku dengan Adi.
***
Masa SMAku kini telah selesai, akhirnya aku lulus juga. Dengan nilai yang memuaskan, mungkin dengan itu aku akan mudah mendapatkan Perguruan Tinggi Negeri di daerahku. Aku memilih jurusan bahasa Inggris. Saat aku kuliah, menurutku tidak ada yang berubah. Aku masih seperti dulu, masih dengan gaya glamorku, mobilku masih setia menemani perjalananku, sahabatku Lisa masih bersamaku selalu. Dia juga memilih jurusan Bahasa Inggris.
Adi, kini tidak aku dengar lagi kabarnya. Entah dia kemana, entah pula bagaimana perasaan dia saat ini. Walaupun aku sudah lama tidak bertemu, namun perasaanku padanya tidak berubah, masih seperti dulu..
Hari-hari aku lalui dengan menyibukkan diri dengan berbagai macam kegiatan di kampus. Di kampusku akan menyelenggarakan sebuah kegiatan bakti sosial. Aku dan Lisa ikut andil dalam kegiatan itu, kamipun sibuk mencari penyumbang dana. Saat akan ke ruang rapat, tiba-tiba aku melihat sosok cowok yang tidak asing bagiku. Dia ada di depan fakultas pertambangan. Kulihat dia sedang asyik ngobrol dengan teman-temannya.
“ Sya, lihat siapa cowok yang ada disana?” Lisa mencoba menunjukkan keberadaan Adi kepadaku.
Padahal aku sudah menduga walaupun hanya didalam hati.
“Siapa ?” aku pura-pura tidak tahu.
“Kamu pura-pura gak tahu, atau emang gak tahu?”
“ Beneran deh” kataku sambil tertawa renyah.
“ Gak mungkin dia kuliah disini, sudah lama kita disini tapi gak pernah lihat dia” ucapku menyakinkan Lisa bahwa itu bukan Adi.
“Coba aja tanya ke Kak Uki, dia kan anak pertambangan juga!”
Tiba-tiba Lisa berlari menuju Kak Uki, yang berada tidak jauh dari Adi. Tanpa basa-basi diapun mulai bertanya-tanya tentang Adi.
“Ehm, Kak Uki, Lisa boleh tanya gak ni?”
Lisa memandangi wajah Kak Uki yang bingung melihatnya. Namun Kak Uki menganggukkan kepla.
“Tanya apa? Boleh aja!”
“Kak, tahu gak cowok yang berdiri didepan itu, itu Adi bukan? dia kuliah disini?” Lisa bertanya sambil mengarahkan tangannya menunjuk tempat Adi berada.
“Iya, dia Adi. Dia baru aja pulang dari penelitian di Amerika”.
“Ow gitu ya Kak, makasih” Lisa melangkah pergi, dia tidak mau pertanyan-pertanyaan lain akan ditanyakan oleh Kak Uki.
Lisa kembali ke tempatku. Segala informasi yang dia dapatkan langsung dia sampaikan kepadaku. Lisa menceritakan bahwa cowok itu benar Adi. Adi yang selama ini tidak aku ketahui keberadaannya dan kuanggap menghilang ternyata dia satu kampus denganku.
Kenapa dia harus ada disana. Kenapa hanya itu jalan satu-satunya untuk menuju ruang rapat. Mau tidak mau aku harus melewati dia.
“ Mari Kak…” ucap Lisa saat melewati depan fakultas Pertambangan.
Aku hanya tersenyum. Kulihat Adi membalas senyumanku.
Ah, bodohnya aku tidak mau tahu apa yang terjadi padanya. Walaupun dihatiku masih tersimpan namanya. Sejuta harapan tertumpuk dibenakku. Mungkin cintaku yang tidak sempat aku katakan padanya dulu, bisa terucap, bisa aku katakan yang sejujurnya. Setidaknya segala isi hatiku akan kucurahkan, apapun resikonya tidak akan aku hiraukan. Buatku saat ini, cinta tidak memandang harta, namun ketulusan hati. Aku tidak mau terlambat lagi, akupun juga tidak mau kecewa.
Setelah pertemuanku dengan Adi saat itu, aku lebih sering berpapasan, yang aku rasakan dia tidak jauh berbeda. Ehm, tapi aku tidak tahu dengan perasaan dia saat ini. Aku mencoba menebak keadaan dia saat ini, ternyata tebakanku salah. Aku tahu itu karena setelah Adi kembali hadir, aku sering mencari tahu informasi tentangnya. Apapun kesibukkannya di kampus, teman-temannya. Banyak yang sudah berbeda. Adi bukanlah Adi yang dahulu. Dia sekarang pintar dandan, keren gitu. Motor Vespa yang dulu selalu menemani perjalanannya, hampir sudah tidak pernah dia pakai. Adi sudah berganti dengan mobil, dia sekarang sudah banyak uang, maklum pulang balik ke Amerika. Kalau tidak ikut penelitian, dia mendapatkan beasiswa gitu. Dan satu hal yang membuat aku kaget. Dan semua harapanku hancur. Kudengar dia sudah mempunyai cewek, bahkan mereka sudah tunangan sama anak Bandung yang sama-sama mahasiswi yang sering ke Amerika.
Saat itu aku bertemu Adi didepan perpustakaan , kulihat cincin yang indah melingkar dijari manisnya. Aku tersentak. Kupalingkan wajahku dari tatapan itu. Kulihat lagi. Mungkin Adi mengetahui bahwa aku sedari tadi memperhatikannya. Lalu dia menghampiriku.
“Hai…”
“Hai…” Kubalas sapaannya.
“Apa kabar?”
“Baik.” Jawaban yang singkat.
Adi tidak mau berbasa-basi. Lalu dia bercerita kepadaku.
“ Aku sudah bertunangan bulan lalu, ini cincinnya.” Sambil dia memperlihatkan cincinnya, yang sebenarnya sudah aku lihat dari tadi.
Adi mengatakan semuanya dengan jujur, tidak ada sedikitpun yang dia tutup-tutupi. Yang semakin membuat aku tersentak, dia katakan akan menikah tahun depan, setelah dia selesai wisuda. Lalu Adi beranjak pergi meninggalkanku. Mungkin dia mengerti perasaanku. Dia tidak ingin melihatku menangis didepannya. Ternyata apa yang dikatakan anak-anak kampus kemarin benar.
Aku bergegas pulang kerumah. Aku berlari menuju kamar. Kurebahkan badanku dikasur.
“Oh Tuhan, kenapa semua ini harus terjadi padaku. Kenapa? Begitu sakitnya hatiku.” Teriakku dalam hati.
Aku menangis, menyesali semua itu.
Tiba-tiba handphoneku berdering,
Tit…tit..tit..
pertanda ada sms masuk ke inbokku.
Setelah kulihat layar handphoneku, ternyata sms dari Adi.
Akupun membuka pesannya.
From : Adi (+6285959897922)
Date : 01/ 23/ 2008 Time : 17:38:21
Tasya, maaf jika aku ganggu.
Maafkan segala kesalahanku.
Sms dari Adi hanya aku lihat, tidak kuat rasanya ku membalas smsnya.
Disaat aku merasa hidupku kini sudah tidak berarti lagi, namun Adi sempat muncul kembali. Dia sempat meminta maaf padaku, walaupun hanya lewat sms. Aku rasa mungkin sms itu sudah tidak penting bagiku lagi. Atau dia hanya ingin menambah rasa sesal dihatiku. Semua sudah terlambat.
Ada perasaan sakit disini.
Aku merintih merasakan sakit dihatiku.
Ingin rasanya aku kembalikan waktu ke masa SMAku dulu. Aku bisa bersama-sama dengan dia, tidak seperti saat ini. Aku biarkan Adi bersama orang lain. Ah, itu sudah berlalu, tidak mungkin terjadi lagi. Kini dihati Adi sudah ada wanita lain, bukan diriku lagi. Segala persaan sesal, kecewa bercampur menjadi satu. Mungkin ini juga yang pernah Adi rasakan dulu. Sakit banget!
Tidak terasa tetes demi tetes air mataku membasahi pipiku.
Akupun terus menangis.
Sempat aku torehkan senyum hambar. Aku egois, jika saat ini memaksanya untuk menyayangiku setelah aku menyakitinya dulu.
Semua kejadian itu membuat aku sadar. Ternyata kita akan merasakan dan mengetahui bahwa kita sangat mencintai seseorang saat cinta itu pergi meninggalkan kita, saat dia sudah bersama orang lain.
Aku akan bahagia, saat melihat dia juga bahagia. Karena mencintai itu membuat orang lain bahagia. Mencintai itu tidak harus memiliki.
Selasa, 16 Juni 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar